ESSAI KECIL MATA KULIAH BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN OFFERING C12 PERTEMUAN KEENAM
Dosen Pengampu:
Prof.
Dr. Parno, M.Si
Disusun Oleh:
GUSTI INDRA TANIO (200741637258)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
“Model
Pembelajatan Konstruktivistik”
Model pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivistik dapat menjadi solusi dalam menjawab kesenjangan dunia
pendidikan ideal dengan kehidupan realistis yang dihadapi siswa dewasa ini.
Lewat pembelajaran konstruktivistik siswa akan mampu untuk melihat dan memahami
realitas, mengembangkan kemampuan berpikir dan melibatkan perasaan yang
memotivasi mereka untuk berbuat sesuatu yang konkrit. Ide sentral teori
konstruktivistik menyebutkan bahwa proses belajar merupakan proses
pengonstruksian pengetahuan.
Terdapat dua pandangan konstruktivistik, yaitu
konstruktivistik kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget dan konstuktivistik
sosial dari Vigotsky. Perbedaan kedua teori tersebut terletak pada penekanan
pada proses konstruksi dan peran agen pemenuhannya. Vigotsky menempatkan
konteks sosiokultural sebagai pembentuk struktur kognitif dan bahasa seseorang.
Piaget menekankan tahapan perkembangan kognitif sebagai syarat bagi pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan dalam berpikir.
Inti dari aplikasi pendekatan konstruktivistik dapat
ditemui dalam pembelajaran kooperatif, model belajar penemuan (inquiry), model
jigsaw, cooperative scripting dan model investigasi kelompok. Unsur filosofi
dalam pembelajaran konstruktivistik yaitu kebebasan dan keberagaman. Kebebasan
yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa
yang mampu dan mau dilakukan individu. Keberagaman yang dimaksud yaitu individu
menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.
Pembelajaran konstruktivistik akan lebih baik dengan
menggunakan sumber belajar yang bervariasi. Dalam hal ini siswa membentuk
interpretasi mereka sendiri terhadap data atau fakta. Beberapa hal yang perlu
menjadi acuan dalam pembelajaran dengan strategi konstruktivistik, yaitu
mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan,
mengutamakan proses, menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial,
dan pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Pandangan konstruktivistik mengarahkan perhatian
pada bagaimana seseorang mengonstruksi pengetahuan dan pengalamannya, struktur
mental dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan objek dan
peristiwa-peristiwa. Jika hal ini dijadikan asumsi dalam evaluasi, maka
evaluasi haruslah bersifat individual dan disesuaikan dengan konteks
pembelajaran. Hal ini dikarenakan proses belajar berawal dari pengetahuan awal
siswa yang tidak sama dan kegiatan belajar mengacu pada proyek-proyek yang
dilakukan siswa sesuai dengan pilihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar