Selasa, 26 Oktober 2021

ESSAI KECIL PT 7

 

ESSAI KECIL MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN OFFERING C12 PERTEMUAN KETUJUH

 

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Parno, M.Si

 



 

Disusun Oleh:

             GUSTI INDRA TANIO   (200741637258)

 

 

 

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

  

 

“Variabel Kondisi Pembelajaran di Masa Pandemi”

Merebaknya dan menyebarnya virus Corona awal tahun 2020 membuat dunia dibuat berhenti sejenak dari riuhnya aktifitas hariannya. Virus COVID 19, sebagaimana telah ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) dinaikkan statusnya dari epidemi menjadi pandemi. Sebagaimana diketahui bahwa pandemi ialah sebuah kasus penyebaran penyakit di wilayah yang luas, misalnya beberapa benua, atau di seluruh dunia. Penyakit endemik yang meluas dengan jumlah orang yang terinfeksi yang stabil bukan merupakan pandemi.

Dengan adanya warning dari WHO tersebut seluruh jajaran pemerintahan dibelahan dunia diminta untuk meningkatkan kasus COVID 19 sebagai bencana non-alam yang mengharuskan proses aktifitas harus diberhentikan sementara guna memutus rantai penularannya.

Salah satu jalan keluar yang dapat memberi solusi yaitu tetap mempertahankan proses pembelajaran sebagaimana mestinya dengan cara memperlakukan tatap muka secara DARING, atau secara sadar semua komponen dipaksa untu melakukan transformasi proses pembelajaran yang berbasis internet.

Sesuai SE Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) bahwa semua kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara virtual dan kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah. Surat Edaran tersebut bukannya surat yang datangnya dari surga yang tidak menimbulkan berbagai kekacauan. Perlu dipertimbangkan dengan berlakunya Surat Edaran tersebut sangat memperngaruhi sekolah, murid, guru, dan piranti pembelajaran. Bagaimana kesiapan sekolah dalam memfasilitasi berbagai hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran daring, juga perlu dipertimbangkan jangkauan internet di rumah peserta didik.

Salah satu penentu keberhasilan pembelajaran secara virtual adalah kompetensi guru. Guru akan berusaha sedapat mungkin agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan berhasil. Guru berperan sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Untuk memenuhi itu, maka guru haruslah memenuhi aspek bahwa guru sebagai: model, perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalan atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.

Dalam konteks pembelajaran secara daring, tentu penghargaan harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat, baik dari guru, sekolah, peserta didik, dan bahkan orang tua wali yang dengan antusias menyupport anaknya. Pembelajaran yang berpusat pada daring dikembangkan dan diciptakan guna mempermudah ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan. Barang tentu pembelajaran yang bersifat daring selau fleksibel dan dinamis bergerak menuju keterbukaan informasi.

 

 

Senin, 18 Oktober 2021

DRAFT MAKALAH UTS

 

DRAFT MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PERTEMUAN 8 (UTS)

 

 

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Parno, M.Si

 

 



 

 

Disusun Oleh:

GUSTI INDRA TANIO   (200741637258)

 

 

 

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

 

 




1. HALAMAN PERTAMA/COVER MAKALAH

 

“PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA”

 

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Parno, M.Si

 

 



 

Disusun Oleh:

GUSTI INDRA TANIO   (200741637258)

 

 

 

 

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

 

 

2. KATA PENGANTAR

Kata pengantar sebagai pengantar agar pembaca memiliki pandangan umum terhadap makalah yang akan dibuat dan berisikan sambutan atau ucapan syukur karena telah menyelesaikan makalah tersebut terselesaikan dengan baik.

3. DAFTAR ISI

Susunan sebuah halaman yang memuat informasi halaman dari isi makalah yang akan dibuat. Untuk memudahkan pembaca dalam menemukan informasi tertentu maka dalam daftar isi akan diberikan keterangan halaman pada setiap bab maupun sub-bab dimakalah tersebut.

4. BAB I: PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan terdiri atas 3 sub-bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan. Latar belakang harus ditulis dengan jelas dan mudah dimengerti, selain memuat jawaban dari sebuah pertanyaan, latar belakang juga harus memuat data-data atau fakta yang mendukung. Di bagian rumusan masalah, diisi dengan beberapa pertanyaan yang nantinya akan dijelaskan pada bagian pembahasan nanti. Pada  isi tujuan, ditulis secara singkat dan menggambarkan secara jelas manfaat dari makalah yang akan dibuat. Berisi:

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

5. BAB II: PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan bagian yang paling penting dari sebuah makalah. Ini adalah bagian yang berisi uraian pokok dari permasalahan yang akan dibahas. Bagian pembahasan harus sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan membuat makalah. Biasanya pembahasan mencakup tentang landasan teori uraian materi, solusi dan penyelesaian dari suatu permasalahan.

6. BAB III: PENUTUP

Pada bagian penutup biasanya berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisikan tentang ringkasan dari hasil pembahasan rumusan makalah. Pada bagian ini, dapat mengambil poin penting pada setiap bagian sebelumnya untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Saran merupakan suatu bagian dalam makalah yang ditujukan untuk si penulis. Saran dapat berisikan harapan sebagai penulis makalah agar makalah yang akan dibuat bisa bermanfaat untuk pembaca. Berisi:

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

7. DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisikan daftar referensi yang dipakai sebagai sumber atau bahan penelitian di dalam penulisan makalah. Referensinya bisa dari buku, jurnal, atau informasi valid yang didapatkan dari internet maupun dari perpustakaan.

Selasa, 12 Oktober 2021

ESSAI KECIL PT 6

 

ESSAI KECIL MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN OFFERING C12 PERTEMUAN KEENAM

 

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Parno, M.Si

 



 

Disusun Oleh:

GUSTI INDRA TANIO   (200741637258)

 

 

 

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


 

“Model Pembelajatan Konstruktivistik”

    Model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik dapat menjadi solusi dalam menjawab kesenjangan dunia pendidikan ideal dengan kehidupan realistis yang dihadapi siswa dewasa ini. Lewat pembelajaran konstruktivistik siswa akan mampu untuk melihat dan memahami realitas, mengembangkan kemampuan berpikir dan melibatkan perasaan yang memotivasi mereka untuk berbuat sesuatu yang konkrit. Ide sentral teori konstruktivistik menyebutkan bahwa proses belajar merupakan proses pengonstruksian pengetahuan.

    Terdapat dua pandangan konstruktivistik, yaitu konstruktivistik kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget dan konstuktivistik sosial dari Vigotsky. Perbedaan kedua teori tersebut terletak pada penekanan pada proses konstruksi dan peran agen pemenuhannya. Vigotsky menempatkan konteks sosiokultural sebagai pembentuk struktur kognitif dan bahasa seseorang. Piaget menekankan tahapan perkembangan kognitif sebagai syarat bagi pemerolehan pengetahuan dan keterampilan dalam berpikir.

    Inti dari aplikasi pendekatan konstruktivistik dapat ditemui dalam pembelajaran kooperatif, model belajar penemuan (inquiry), model jigsaw, cooperative scripting dan model investigasi kelompok. Unsur filosofi dalam pembelajaran konstruktivistik yaitu kebebasan dan keberagaman. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukan individu. Keberagaman yang dimaksud yaitu individu menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.

    Pembelajaran konstruktivistik akan lebih baik dengan menggunakan sumber belajar yang bervariasi. Dalam hal ini siswa membentuk interpretasi mereka sendiri terhadap data atau fakta. Beberapa hal yang perlu menjadi acuan dalam pembelajaran dengan strategi konstruktivistik, yaitu mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, mengutamakan proses, menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, dan pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

    Pandangan konstruktivistik mengarahkan perhatian pada bagaimana seseorang mengonstruksi pengetahuan dan pengalamannya, struktur mental dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan objek dan peristiwa-peristiwa. Jika hal ini dijadikan asumsi dalam evaluasi, maka evaluasi haruslah bersifat individual dan disesuaikan dengan konteks pembelajaran. Hal ini dikarenakan proses belajar berawal dari pengetahuan awal siswa yang tidak sama dan kegiatan belajar mengacu pada proyek-proyek yang dilakukan siswa sesuai dengan pilihannya.

Senin, 04 Oktober 2021

ESSAI KECIL PT 5

 

ESSAI KECIL MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN OFFERING C12 PERTEMUAN KELIMA

 

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Parno, M.Si

 









 

Disusun Oleh:

GUSTI INDRA TANIO   (200741637258)

 

 

 

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

 

 

“Teori Belajar Sosial di Masa Sekarang”

Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar perilaku yang tradisional. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek efek isyarat pada perilaku dan proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial kita akan menggunakan penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain.

Menurut Ratna Wilis Dahar (2011:22) Melalui observasi tentang dunia sosial kita, melalui interpretasi kognitif, banyak sekali informasi dan penampilan atau keahlian kompleks yang dapat dipelajari.

Menurut Abu Ahmadi ( 2009: 126) Belajar merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan pengalaman. Teori belajar sosial beranggapan bahwa hubungan antar pribadi antara anak dengan orang dewasa menyebabkan anak meniru atau menyerap perilaku perlaku sosial, melalui interaksi sosial anak melakukan identifikasi dengan orang dewasa, dengan kekuasaan, dengan perasaan iri dan sebagainya.

Menurut teori belajar sosial, yang terpenting adalah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku perilaku yang terpilih.

Adapun implementasi teori belajar sosial dalam pembentukan akhlak anak usia dini dapat dilihat dari proses belajar, dimana proses belajar menurut teori belajar sosial ini menekankan pada konsep modelling. Menurut Bandura, ada empat fase belajar dari model, yaitu :

a. Fase Perhatian

Fase pertama dalam belajar observasional adalah memberikan perhatian pada suatu model. pada umumnya, para siswa memberikan perhatian pada model model yang menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan popular. Dalam kelas guru akan memperoleh perhatian dari para siswa jika guru menyajikan isyarat isyarat yang jelas. Perhatian siswa juga akan diperoleh dengan memotivasi siswa agar menaruh perhatian.

b. Fase Retensi

Pada fase retensi siswa dilatih agar dapat tetap mengingat berbagai hal yang telah dipelajari melalui proses pengamatan dilapangan. Hanya dengan mengingat berbagai hal yang telah diamati oleh panca indera siswa, maka siswa tersebut akan dapat belajar dengan baik, sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Belajar observasional terjadi berdasarkan contiguitas. dua kejadian contiguitas yang diperlukan ialah perhatian pada penampilan model dan penyajian simbolik dari penampilan itu dalam memori jangka panjang. materi akan lama diingat bila terjadi pengulangan.

c. Fase Reproduksi

Umpan balik yang bersifat memperbaiki memiliki peran penting untuk membentuk perilaku yang diinginkan. umpan balik ini bukan hanya ditujukan pada aspek aspek yang benar pada penampilan, tapi yang lebih penting ialah ditujukan pada aspek aspek yang salah pada penampilan. Menurut Rtna Wilis Dahar ( 2006:43) Secara cepat memberi tahu siswa tentang respon yang tidak tepat sebelum berkembang menjadi kebiasaan yang tidak diinginkan merupakan pengajaran yang baik. Teori belajar sosial memperkenalkan tiga prasyarat utama untuk berhasil dalam proses ini. Pertama, orang harus memiliki komponen keterampilan. biasanya rangkaian perilaku model dalam penelitian bandura buatan dari komponen perilaku yang sudah diketahui orang. Kedua, orang harus memiliki kapasitas fisik untuk membawa komponen keterampilan dalam mengkoordinasi gerakan. Terakhir, hasil yang dicapai dalam koordinasi penampilan memerlukan pergerakan individu yang dapat dengan mudah terlihat.

d. Fase Motivasi

Fase terakhir dalam proses belajar observasional adalah fase motivasi. para siswa akan meniru suatu model sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat demikian, mereka akan meningkatkan kemungkinan untuk memperoleh reinforcement. Dalam kelas fase motivasi kerap kali terdiri atas pujian atau angka untuk penyesuaian dengan model. para siswa memperhatikan model, melakukan latihan, dan menampilkannya sebab mereka mengetahui bahwa inilah yang disukai guru.

Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian penguatan dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Manusia berusaha untuk membina dan membentuk akhlaknya melalui sarana yang disebut pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu alat kemajuan dan ketinggian bagi seseorang dan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan Ahlak pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan.