ESSAI KECIL MATA KULIAH BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN OFFERING C12 PERTEMUAN KETIGA
Dosen Pengampu:
Prof.
Dr. Parno, M.Si
Disusun Oleh:
GUSTI INDRA TANIO (200741637258)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
S1
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
“Model
Pembelajaran dengan Menggunakan Teori Behaviorisme”
Teori behaviorisme yang
menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum
dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan
belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran,
dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti
dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap
respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini berawal dari adanya
percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka dalam konteks
pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan. Menurut Mukinan
(1997: 23), beberapa prinsip tersebut adalah:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan
belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar
sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku
tertentu.
2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam
belajar adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan
apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat
diamati.
3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat
menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons
akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.
Jika yang menjadi titik
tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri siswa adalah timbulnya hubungan
antara stimulus dengan respons, di mana hal ini berkaitan dengan tingkah laku
apa yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting kiranya untuk memperhatikan
hal-hal lainnya di bawah ini, agar guru dapat mendeteksi atau menyimpulkan
bahwa proses pembelajaran itu telah berhasil. Hal yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa
yang tepat untuk diberikan kepada siswa.
2. Guru juga mengerti tentang jenis respons apa yang
akan muncul pada diri siswa.
3. Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan
siswa ini benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu
:
a. Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati
(observable)
b. Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat pula
diukur (measurable)
c. Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat
dinyatakan secara eksplisit atau jelas kebermaknaannya (eksplisit)
d. Agar respons itu dapat senantiasa terus terjadi
atau setia dalam ingatan/tingkah laku siswa, maka diperlukan sekali adanya
semacam hadiah (reward).
Materi pembelajaran
yang akan dibelajarkan, apakah disesuaikan dengan keadaan siswa atau siswa
menyesuaikan materi, keduanya dapat didahului dengan mengadakan tes awal atau
tes prasyarat (prerequisite test). Hasil dari prerequisite test ini dapat
menghasilkan dua keputusan, yaitu : siswa dapat dikelompokkan dalam dua
kategori, yakni a) sudah cukup paham dan mengerti, serta b) belum paham dan
mengerti. Jika keputusan yang diambil siswa dikelompokkan menjadi dua di atas,
maka konsekuensinya: materi, guru dan ruang belajar harus dipisah. Hal seperti
ini tampaknya sangat susah untuk diterapkan, karena berimplikasi pada
penyediaan perangkat pembelajaran yang lebih memadai, di samping memerlukan
dana (budget) yang lebih besar. Cara lain yang dapat dilakukan adalah, atas
dasar hasil analisis kemampuan awal siswa dimaksud, guru dapat menganalisis
tingkat persentase penguasaan materi pembelajaran. Hasil yang mungkin diketahui
adalah bahwa pada pokok materi pembelajaran tertentu sebagian besar siswa sudah
banyak yang paham dan mengerti, dan pada sebagian pokok materi pembalajaran
yang lain sebagian besar siswa belum atau tidak mengerti dan paham.
Rencana strategi
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru terhadap kondisi materi
pembelajaran yang sebagian besar siswa sudah mengetahuinya, materi ini bisa
dilakukan pembelajaran dalam bentuk ko-kurikuler (siswa diminta untuk menelaah
dan membahas di rumah atau dalam kelompok belajar, lalu diminta melaporkan
hasil diskusi kelompok dimaksud). Sedangkan terhadap sebagian besar pokok
materi pembelajaran yang tidak dan belum diketahui oleh siswa, pada pokok
materi inilah yang akan dibelajarkan secara penuh di dalam kelas.
Teori behavioristik
sebagai sebuah konsep filosofis pembelajaran dalam aplikasinya memerlukan
penyesuaian dan penetapan prosedur yang berbeda jika dibanding dengan
percobaannya terhadap binatang. Ciri umum teori behavioristik adalah :
mementingkan adanya pengaruh lingkungan, bagian (elementaristic) lebih penting
dari pada keseluruhan (gestalt). Selain itu, terbentuknya hasil belajar atas
dasar adanya reaksi yang ditunjukkan oleh siswa. Penerapan konsep teori behavioristik
ini juga meminta guru untuk mampu melakukan analisis kemampuan awal dan
karaakteristik siswa, dengan maksud agar apa yang akan dibelajarkan sesuai
dengan kondisi siswa yang dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar