ESSAI KECIL MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
OFFERING C12 PERTEMUAN KEEMPAT
Dosen Pengampu:
Prof.
Dr. Parno, M.Si
Disusun Oleh:
GUSTI INDRA TANIO (200741637258)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
S1
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
“Model
Pembelajaran Kognitivisme di Era Modern”
Definisi “Cognitive”
berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan “knowing” yang
berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolahan
penataan, penggunaan pengetahuan (Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar
kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu
sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada
peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan
teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho,
2015: 290).
Teori belajar kognitif
berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif leih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya (Bahruddin, dkk. 2012:
87). Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar
behavioristik yang mempelajari prses belajar hanya sebagai hubungan
stimulusrespon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar
yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan
bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Perubahan Belajar merupakan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebaigai tingkah laku
yang Nampak (Nurhadi, 2018: 7; Baharuddin, 2015: 167).
Teori kognitif juga
menekankan bahwa bagian-bagian bahawa dari sistuasi salaing berhubungan dengan
seluruh kontek situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi
/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecilkecil dan mempelajarinya
secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa
belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan infirnasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang ssangat komplek. Prose
belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diitrerima dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan sudah
terbentuk dalam diri sesorang berdasarkan pemahman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnnya. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak
dalam rumusan-rumusan seperti: “tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh
j.piaget, advance organizer oleh ausubel, pemahaman konsep oleh bruner, hirarki
belajar oleh gagne, webteacing oleh norman dan sebagainya (Budiningsih, 2015:
34).
Teori belajar kognitif
lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal
pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap
yang bersifat relatif dan berbekas (Given, 2014: 188).
Dalam belajar,
kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan
faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan
interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terusmenerus sepanjang
hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat”
penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai
masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik
simpulan dan sebagainya (Nugroho, 2015: 291).
Di samping itu, teori
ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus
antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori
kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil
interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan
pengetahuan atau tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan
untuk menggunakan media yang konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara
abstrak (Nurhadi, 2018: 9).